Jumat, 02 November 2012

Ilmu Tarikh Ar-Ruwat


1.           Pengertian Ilmu Tarikh ar-Ruwat
Menurut bahasa, rijal artinya para kaum pria. Sedangkan Ilmu Rijal Hadis yang dimaksud disini adalah :    
·         Menurut Muh. Zuhri dalam bukunya Hadis Nabi menyatakan bahwa ilmu Rijal Hadis adalah Ilmu yang membicarakan tentang tokoh / orang yang membawa hadis, semenjak dari Nabi sampai dengan periwayat terakhir ( penulis kitab hadis .[1]
·         Munzier Suparta menyatakan, Ilmu Rijal Hadis adalah :
“Ilmu untuk mengetahui para perawi hadis dalam kapasitasnya sebagai perawi hadis”.[2]
Setelah melihat pengertian Ilmu Rijal Hadis dari dua pengertian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa Ilmu Rijal Hadis adalah suatu cabang ilmu dalam ilmu hadis yang membahas tentang para perawi hadis untuk mengetahui kapasitasnya sebagai perawi hadis.
Ilmu rijal Al-Hadist merupakan jenis ilmu hadist yang sangat penting. Karena ilmu hadist mencakup kajian terhadap sanad dan matan Rijal (tokoh-tokoh) yang membentuk sanad merupakan para perowinya.
Ilmu rijal al – hadist terbagi menjadi dua bagian penting :
·         Ilmu Tarikh ar-Ruwat
·         Ilmu al – Jarh Wa at-Ta’dil.
Ilmu Tarikh Ar-Ruwat adalah :


Ilmu yang mencoba mengenal para perowi hadist dari aspek yang berkaitan dengan periwayatan mereka terhadap hadist tersebut.
Bisa disimpulkan bahwa Ilmu Tarikh Ar-Ruwat menjelaskan tentang semua yang berkaitan dengan perawi diantaranya:[3]
·         keadaan para perawi
·         sejarah kelahiran perawi.
·         Wafatnya
·         Guru-gurunya para perawi
·         Sejarah mendengarnya (belajarnya) dari mereka.
·         Perjalanan-perjalanan Ilmiah yang perawi lakukan.
·         Sejarah kedatangannya ke negeri-negeri yang berbeda-berbeda
·         Masa belajarnya sebelum atau sesudah mengalami kekacauan pikiran dan
·         Penjelasan-penjelasan lain yang memiliki kaitan erat dengan persoalan-persoalan hadist.

Di dalam buku pokok-pokok ilmu dirayah haditsmenerangkan bahwa ilmu tarikh ar ruwah adalah:
“Ilmu yang mengenalkan kepada kita perawi-perawi hadits dari segi mereka kelahiran, hari kewafatan, guru-gurunya, masa dia mulai mendengar hadits dan orang-orang yang meriwayatkan hadits dari padanya, negerinya, tempat kediamannya, perlawanan-perlawanannya, sejarah kedatangannya ke tempat-tempat yang dikunjungi dan segala yang berhubungan dengan urusan hadits.


sedang dalam keterangan lain ilmu Tarikh Ar Ruwah adalah:
“ Ilmu yang membahas tentang biografi para perawi yang menjelaskantentang nama dan gelar, tanggal dan tempat kelahiran, keturunan, guru, murid dan jumlah hadist yang diriwayatkan, tempat dan waktu, dan lainya tentang rawi

Ilmu ini tumbuh bersama tumbuhnya periwayatan dalam islam. Ulama’ memberikan perhatian yang sangat serius terhadapnya agar mereka dapat mengetahui tokoh-tokoh yang ada dalam sanad. Ulama’akan menanyakan umur para perawi, tempat mereka, sejarah mendengar (belajar) mereka dari para guru, di samping bertanya tentang para perawi itu sendiri. Hal ini dilakukan tidak lain demi beberapa hal, diantaranya:[4]
·         mengetahui keshahihan sima’yang dikatakan oleh perawi.
·         Mengetahui sanad – sanad yang muttashil dari yang terputus yang mursal dari yang marfu’.
Sejarah itu merupakan senjata terbaik yang digunakan oleh ulama’dalam menghadapi para pendusta. Sufyan al – Tsauriy mengatakan ; Sewaktu para perawi menggunakan kedustaan, maka kami menggunakan sejarah untuk melawan mereka.
Salah satu hasil semangat ilmiah itu adalah terhimpunnya koleksi-koleksi besar yang berisi biogrfi dan informasi para lengkap tentang para perawi. Mereka menjaga semua itu dalam karya-karya mereka. Lalu mereka menyyusun karya tentang para sahabat , keadaan mereka, perang-perang, kabilah-kabilah,dan sejumlah hadits yang mereka riwayatkan. Mereka memberikan perhatian yang sanga besar, sampai masa kodifikasi. Buahnya kita bisa menyaksikan banyak karya yang memuat informasi tentang para sahabat dan hal-ihwal mereka. Disamping itu juga banyak karya-karya lain yang memuat tabi’in, tabi’ittabi’in, dan ahli-ahli ilmu sesudah mereka.

2.     Metode yang digunakan para penyusun dalam menyusun karya-karya tentang sejarah perawi.

Beberapa metode yang digunakan para penyusun dalam penyusunan karya-karya tentang sejarah para perawi yang sangat beragam, diantaranya sebagai berikut :[5]

·         Berdasarkan tingkatan – tingkatan (thaqabat)
Membahas keadaan para perawi tingkat demi tingkat, atau generasi demi generasi. Satu tingkatannya mencerminkan sejumlah perawi yang hidup dalam masa yang hampir bersamaan.
Kitab-kitab thaqabat terkemuka adalah : ath-Thabaqat Al-Kubra ( karya Muhammad ibn Sa’d (168-230 H) dan Thabaqat Ar-Ruwat ( karya Khalifah ibn Khayyath al –‘Ushfuriy)

·         Berdasarkan tahun
Menyebut tahun wafat seorang perawi, lalu menyebut biografinya dan berita-berita lain tentang perawi itu. Ini jelas tampak dalam Tarikh al-Islam karya adz-Dzahabiy.

·         Menyusun sejarah perawi secara Alfabetis.
Jenis semacam ini memberikan kemudahan bagi penelitian. Dari jenis ini, yang mula-mula sampai ke tangan kita adalah al-tarikh al – kabir karya Imam Muhammad Ibn Isma’il al-bukhari (194-256 H)

·         Berdasarkan nama-nama negeri tempat para perawi.
Penyusun akan menyebutkan nama-nama ulama’ suatu negeri dan ahli-ahli yang masuk (singgah) kedalamnya. Kadang-kadang orang yang meriwayatkan dari ulama-ulama’ itu juga disebutkan. Biasanya penyusun mengawalinya dengan menyebutkan :
a)      keutamaan-keutamaan negeri yg bersangkutan.
b)      Menyebutkan sahabat-sahabat yang tinggal disana atau pernah singgah atau pernah lewat.
c)      Menyebut ulama-ulama lain secara alfabetis.
Tarikh yang tertua adalah Tarikh Naisabur karya Imam Muhammad ibn Abdillah al-Hakim al-Naisaburiy (321-405H) yang merupakan karya terbaik dan paling sering digunakan ulama dan Tarikh Baghdad karya Abu Bakar Ahmad ibn Ali al-Baghdadiy yang lebih dikenal dengan nama al-Khatib al-Baghdadiy (392 – 463 H) yang merupakan kitab yang paling agung dan paling bermanfaat. Tarikh Dimasyqi yang terdiri dari delapan jilid atau bahkan lebih, karya al –Hafidz al-Mu’arrikh Ali ibn al-Hasan (Ibn ‘Asakir) ad Dimasyqiy (499-571), yang merupakan karya besar dan lengkap.
Metode lain Penyusunan karya tentang nama-nama para perawi
Menyusun karya tentang nama-nama perawi dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya:[6]
·         Menyebutkan nama-nama asli para perawi
·         Menyebutkan nama laqab (julukan) nama nisbat mereka
·         Menyebutkan kedua-duanya yaitu nama asli dan julukan “mu’talif dan mukhtalif”
·         Menyebutkan nama-nama kun-yah dan nama-nama nisbat
·         Menyebut saudara-saudara laki-laki maupun perempuan
·         Menyebutkan usia sahabat,tabiin maupun yang lain.
·         Menyebutkan nama-nama “musytabih” dan karya – karya lain yang mengindikasikan perhatian serious mereka terhadap ilmu
·         Menunjukkan kehandalan mereka dalam bidang ini.

Karya tentang nama-nama asli dan nama-nama kun-yah terkemuka antara lain:
·         Kitab Al-Asamiy Wa al-Kuna karya Ali ibn Abdillah al-Madiniy ( 161-234 H )
·         Kitab Al-Kuna Wa al-Asma’ karya Abu Bisyr Muhammad ibn Ahmad ad-Daulabi ( 234 – 320 H)
·         Kitab Al-Ikmal Fi Raf’ al-Irtiyab ‘An al-Mu’talif Wa al-Mukhtalif Min al-Asma’ Wa al-Kuna Wa al-Ansab” karya al-amir al-hafidz abu nashr ali ibn Hitabullah (Ibn Ma’kula) al-Baghdadiy (421-486 H), yang merupakan kitab yang sangat berharga yang disusun setelah penulisnya menelaah kitab-kitab sebelumnya.
Karya tentang nama-nama julukan para perawi yang paling lengkap :
·         Kitab”Nuzhah al-Albab Fi al-Alqab “ karya al Hafidz Muhammad ibn Ahmad ibn Ustman adz-Dzahabiy (773-852 H)
Karya tentang nama-nama perawi  yang Musytabih yang paling lengkap :
·         kitab al-Musytabih fi Asma’ al-Rijal  karya al-Hafidz Muhammad ibn Ahmad ibn Utsman adz-Dzahaby (673-748 H).
Karya tentang nisbat yang paling lengkap adalah
·         al-Ansab karya Taj al-Islam Abdlu Karim ibn Muhammad as-Sam’any (506-562 H), yang disusun secara alfabetis,dan
·         kitab al-Lubb yang terdiri dari tiga jilid karya Ali ibn Muhammad asy-syaibany al-Jazary (555-630 H). dalam kitab terakhir ini, penyusun meringkas kitab al-Ansab milik as-Sam’any dengan sedikit tambahan. Kitab ini dicetak dalam tiga jilid di Mesir pada tahun (1356-!359 H).







3.     Biografi Para Perowi yang Termasyhur

·         IMAM MALIK BIN ANNAS
Malik bin Anas bin Malik bin Abu Amir al-Asbahi
Lahir: Madinah, 93 H
Wafat tahun 179 H.
Kakek beliau adalah seorang tabi’in dan eyangnya adalah seorang sahabat Nabi. Keluarga beliau berasal dari Yaman dan pada masa hidup Nabi, mereka menetap di Madinah.
Keluarga beliau terdiri dari : istri “Fatimah” dan ketiga anak beliau : Yahya, Muhammad, dan Hammad.
Sifat dari Malik, memiliki sifat kerendahan hati dan keluwesan pandangan beliau.
Karya-Karya beliau :
Karya –karya berikut yang ini telah diatribusikan kepada beliau :[7]
a.       Risalah Ila Ibn wahb fi Al-Qadr
b.      Kitab al-Nujum
c.       Risalah fi al-‘aqdiyah
d.      Tafsir li Ghorib Al-quran
e.       Risalah ila al-Layts bin Sa’d
f.       Risalah ila Abu Ghassan
g.      Kitab al-siyar
h.      Kitab al-manasik
i.        Kitab al-Muwaththa’

·         AHMAD BIN MUHAMMAD BIN HANBAL
Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal
Bapaknya adalah seorang Mujtahid yang hidup di Bashrah. Dia mengembara ke Marwah sebagai seorang ghazi dimana Ahmad di lahirkan, tanggal 20 Rabi’ Al-Awwal 164 H. kemudian pada saat Ahmad masih bayi, beliau dibawa ke Baghdad. Bapaknya meninggal ketika Ahmad berusia 30 tahun. Ibunya adalah Shafiyah bin Maymunah binti Abdul Malik Asy-Syayibani.
Karya-karyanya :[8]
a.       Al-‘Ilal wa Ma’rifat Al-Rijal
b.      Tarikh
c.       Al-Nasikh wa al-Mansukh
d.      Al-Tafsir
e.       Al-Manasik
f.       Al-Asyribah
g.      Al-Zuhd
h.      Al-Radd ‘ala Al-Zanadiqah wa Al-Jahmiyah
i.        Al-Musnad

·         IMAM BUKHARI
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah al-Ja’fari
Lahir : Bukhara, jum’at 13 syawal 194 H
Wafat : sabtu, malam hari raya pada tahun 256 H
Bapaknya Ismail adalah seorang ulama hadist yang mempelajari materi ini dibawah bimbingan sejumlah tokoh ulama termasyhur seperti : Malik bin Anas, Hammad bin Zayd dan Ibnu Mubarak.
Karya-karya beliau :[9]
a.       Qadhaya al-shahabah wa al-tabiin
b.      Rof’al-Yadayn
c.       Qiraat khalf al-Imam
d.      Khalq af’al al-‘ibad
e.       Al-tafsir al-khabir
f.       Al-musnad al-khabir



Syarat-syarat keshahihan hadist menurut bukhari :
a.       Perowi harus memnuhi tingkat kriteria yang paling tinggi dalam hal watak pribadi, keilmuaan dan standart akademis
b.      Harus ada informasi positif tentang para perowi yang menerangkan bahwa mereka saling bertemu muka, dan para murid belajar langsung dari syaikh hadistnya.

·         ABDUR RAHMAN AHMAD BIN SYU’AYB BIN ALI BIN SINAN BIN BAHR AL-KHURASANI AL-NASA’I
Lahir pada 215 H dan telah melakukan perlawatan secara intensif untuk mempelajari hadist Nabi. Pada usia 15 tahun Al-Nasa’i memulai pengembaraan untuk tujuan ini.beliau belajar hadis di khurasan, Irak, Saudi Arabia, Syria, Mesir, dan Aljazair.
Al-Nasa’I sangat akurat dalam pembukuan hadis.
Karya-karyanya :[10]
a.       Al-sunan al-kubra
b.      Al-sunan al-mujtaba’
c.       Kitab Tamyiz
d.      Kitab Ad-Dhu’afa’
e.       Khasa’ish ‘ali
f.       Musnad ‘Ali
g.      Musnad Malik
h.      Manasik al-Hajj
i.        Tafsir







DAFTAR PUSTAKA

Al-Khatib, DR. M. ‘AJ AJ.1998, Ushul Al-Hadist, Jakarta: Gaya Media Pratama
Ph. D, MA, Muhammad Mustafa. 1996, METODOLOGI Kritik Hadis, Bandung: Pustaka Hidayah
 Suparta, Munzier.2002, Ilmu Hadis, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Zuhri, Muh.1997, Hadis Nabi, Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya.



[1] . Muh. Zuhri, Hadis Nabi, ( Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya, 1997 ), h. 117
[2] . Munzier Suparta, Ilmu Hadis, ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2002 ), h. 30
[3] . dr.M.’Ajaj  al-khathib,. Ushul al hadist,. Hal : 227
[4] .ibid hal 227
[5] . ibid hal 228
[6] .ibid hal :229
[7] .Muhammad Mustafa Azami, MA, Ph.D. “metodologi kritik hadist”. Hal :133
[8] .ibid hal : 135
[9] .ibid hal :141
[10] .ibid hal 152